Secuil Cerita SBMPTN

WOYOOO APAKABAR SEMUANYA?! Alhamdulillah, otakku nggak konslet-konslet amat abis ngerjain soal SBMPTN.. Anyway mohon doanya ya my fellow readers (kaya punya readers aja sih), semoga saya bisa diterima di PTN dan Jurusan yang telah dipilih :")

Anyway, seperti biasanya..hari ini aku mau curhat..lagi..soal SBMPTN..

Jadi kan setelah perjuangan menahan hasrat buat nyelo selama sebulanan buat belajar, akhirnya SBM pun dilaksanakan hari ini. As expected, soalnya unpredictable dan cukup bikin mumet sampe keluar dari ruang ujian aja mules dan mual gabung jadi satu.

But bukan soal gimana kampretnya soal SBMPTN, tapi tentang teknisnya yang mau aku bahas disini. Tentang secuil kekecewaanku terhadap pengawas ujian yang mengawasi aku tadi (..dan beberapa cerita absurdku juga sih).

Jadi kan tadi aku tes di salah satu PTN ternama di kotaku, dan dalam 1 ruangan ada sekitar 4-5 pengawas. Awalnya semua berjalan lancar dan pengawas bekerja secara profesional, mulai dari membacakan peraturan sampai pengisian LJK, tanda tangan, pemeriksaan identitas, dan lain sebagainya. Sampai waktu ujian dimulai pun semuanya masih lancar dan tenang, tak ada sekelabat suara pun yang terdengar kecuali pikiran-pikiran pejuang SBM yang lagi menguras otak (lah kaya kedengeran aja).. hingga sampai di suatu titik dimana pengawas mulai lelah mengawasi kami, jadi mereka malah ngobrol sendiri. 

Sebenernya bukan apa-apa, cuman tadi aku merasa terganggu dengan dengungan obrolan pengawas yang hampir non-stop. Parahnya pengawas-pengawas itu ngobrolnya di sebelah tempat aku duduk. Dude, maksudku, I'm stress enough facing this biggest test ever and now you make noises which break my damn concentration? This test is my future, bro. 

Awalnya aku coba buat berdeham, berpikir bahwa itu cukup, ternyata nggak. Dengungan suara itu masih terdengar sangat jelas. Kemudian aku berdeham lagi, lebih keras dan sambil melirik sedikit ke pengawas. Tetap tidak ada respon. Hingga akhirnya, aku mulai jengah. Aku membaca soal dan menghitung jawaban sambil berbicara. Like literally point out my mind, tetap tidak ada respon. But I give no damn anymore, aku melanjutkan permainan point out my mind yang Alhamdulillahnya lumayan bikin konsentrasi.

Okay, jadi itu.. sungguh aku merasa kecewa banget. I dont care pengawas itu dari mana, pengawas itu jelas dibayar buat mengawasi kami agar kami mengerjakan dengan tenang. Tetapi kenapa pengawas itu malah yang membuat kegaduhan? Membuyarkan konsentrasi? Kenapa? We both have rights and obligations, why dont we just take our portions then?

#2 Ini isinya poul absurd

Jadi waktu tes SBMPTN kan ada 3 bel. Yang pertama bel mulai mengerjakan, 5 menit kemudian kita suruh tanda tangan daftra hadir, terus mengerjakan soal, terus bel tanda 5 menit sebelum waktu mengerjakan berakhir dan kita kembali tanda tangan, dan akhirnya bel tanda tes usai. 

Nah waktu saintek, aku kan lagi asyik (sebenernya stress mikirin ini soal macam apa dan ngerjainnya gimana) ngerjain soal, terus tiba-tiba salah satu pengawas (yang nggak ngobrol) dateng dan minta tanda tangan. Sontak aku kaget banget lah. Loh kok udah tinggal 5 menit aja? Dan parahnya aku belum buletin jawaban di LJK, matilah. Untung aku jawabnya dikit (loh kok untung-_-) jadi mindahin jawaban ke LJKnya lumayan cepet.

Nah waktu tkpa nih aku stress. Kejadian yang sama terulang! Padahal aku udah menyisakan 15 menit terakhir buat buletin jawaban di LJK. Kan total soal tkpa 90, aku ngerjain kurang dari itu jadi aku pikir waktunya pas kan. TERNYATA KURANG! Pas 5 menit sebelum waktu ujian selesai aku masih kurang buletin total sekitar 20an soal! MATI BANGET, padahal itu jawaban-jawaban yang aku hampir pasti yakin benar. Aku frustasi, my hand was shaking, my heart was racing so fast I almost afraid it could jump out of my chest, I couldn't think straight bahkan aku sampe salah urutan buletin! Jadi aku harus ngulang dari awal! SUMPAH YA itu aku panik banget, panik maksimal, panik overdosis, panik sepanik-paniknya manusia deh. Aku sampe udah mbrambangi, hampir nangis gitu. Sampe tanganku berkeringat dan waktu nyoba benerin bunderannya di LJK aku sampe gemeteran so bunderannya malah jadi salah-salah terus dan nggak pas-pas. Sumpah itu overwhelming banget! 

Tapi untungnya, pas aku selesai bunderin, pas waktunya abis. Sialnya aku duduk di barisan nomor 3 (dan jadi nomor 2 karena ada 1 orang di depanku yang nggak masuk), jadi seketika itu pula pengawas langsung ngambil LJK tanpa sempet aku teliti sebelumnya. AAAA sudahlah, pasrahkan saja sama yang Di Atas. I've fought like hell, I've prayed like saint, I know I deserve this, but God will decide it for me :)

p.s: mohon doanya yaaa, udah bosen nyandang setatus pengangguran nich. pengen buruan jadi mahasiswi :"))